Hasil Riset BRIN soal Naskah-Benda Kuno Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

Dipublikasikan oleh SMK IT AL FATH pada

Hasil Riset BRIN soal Naskah-Benda Kuno Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meneliti kurang lebih sebanyak 80 benda koleksi koleksi yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Benda-benda koleksi yang menjadi objek penelitian adalah naskah kuno dan benda kolonial.
Hasil dari penelitian tersebut, BRIN menyatakan hampir 90 persen benda koleksi di Museum Prabu Siliwangi berstatus asli dan merupakan benda artefak.
Dia menjelaskan, riset itu dilakukan selama lima hari. Tiga ahli arkeologi yang terlibat yaitu Iim Imanudin (Ahli Arkeologi dan Sejarah Kebudayaan Islam), Iwan Hemawan (Ahli Arkeologi dan Sejarah Hindia-Belanda) dan Lia Nuralia (Ahli Arkeologi dan Sejarah Hindia-Belanda).

“Metode yang dilakukan itu mereka melakukan studi morfologi lalu melihat inskripsi untuk mata uang kemudian melakukan pembacaan yang masih bisa dibaca lalu mengidentifikasi dinasti, periode dan beberapa informasi lainnya. Hanya memang untuk aspek bahan belum karena logam harus ada analisis laboratoriumnya ya,” ujarnya.
Lebih lanjut, untuk naskah yang diteliti terbagi menjadi tiga jenis yaitu naskah kitab kuning, mushaf dan naskah Al-Qur’an serta benda peninggalan Turki. Menariknya, dalam penelitian itu terungkap jika penulis kitab kuning asal Indonesia mengajarkan ilmu kitab itu sampai ke Makkah.

“Yang menarik sebenarnya yang menulis kitab itu adalah pengajar di Makkah. Itu artinya, sudah ada globalisasi pengetahuan pesantren di sini ke sana, yang selama ini kita berfikir kita yang menyerap terus ternyata ada pengetahuan di sini juga yang diajarkan ke sana dan kitab itu ada di sini. Artinya itu jadi kebanggan orang tatar Sunda, bahwa ilmuwan di masa lalu ternyata memiliki pengetahuan astronomi yang diajarkan hingga ke Makkah,” ungkapnya.

Kemudian, naskah pemberian Turki juga diteliti. Pihaknya menyebut, naskah-naskah tersebut berhubungan dengan Dinasti Abbasiyah. Terkait keaslian naskah, dia perlu meneliti tambahan dari aspek bahan kertas dan lain-lain.

“Tapi dari sisi konten teks itu sudah ada studi perbandingan dengan teks yang di tempat lain. Dari sisi isi, filosofi, konsep, cuma itu apakah salinan atau bukan butuh riset yang lebih mendalam dari lab, karena bahan tidak bisa kita pastikan. Dari sisi koleksi dia sudah layak menjadi sajian museum pendidikan, karena informasinya sudah divalidasi. Itu yang penting,” kata dia.

Selain itu, dari naskah kuno yang diteliti pun menunjukkan adanya asimilasi antara Islam dan Jawa. Pasalnya beberapa kitab ditulis dengan huruf pegon.

“Naskah di sini tidak semua berhubungan dengan Prabu Siliwangi. Ada beberapa yang sifatnya puisi, sastra, pengetahuan astronomi, tentang ajaran filsafat, ilmu mantik, jadi beragam. Kalau mau dipelajari sebagai sebuah medium untuk pendidikan riset, sebenarnya lebih bagus, museum ini layak untuk dibanggakan di daerah ini,” ucapnya.

Pihaknya menyarankan, agar penelitian benda bersejarah di Museum Prabu Siliwangi dilanjutkan. Dia juga berharap agar Pemerintah Daerah memberikan dukungan untuk pengembangan museum.

“Saya kira perlu juga didukung oleh pemerintah daerah agar bisa tumbuh dan jadi destinasi pendidikan buat anak sekolah, event agenda lah setiap saat, liburan akhir semester. Karena di sini koleksinya dri zaman pra sejarah hingga post kolonial tahun 40-50,” kata dia.

“Ini hal yang baik untuk melihat tranformasi sosial, budaya, belajar tentang bagaimana orang luar menghargai kelokalan, seperti rapor sekolah pakai bahasa Sunda, meskipun pada masa pendidikan Belanda,” tambahnya.

Pemilik Museum Prabu Siliwangi, Fajar Laksana menanggapi hasil penelitian BRIN. Menurutnya, dengan adanya penelitian tersebut maka beberapa koleksi di museum kini sudah tervalidasi keasliannya.

“Alhamdulillah hasil penelitian tahap kedua ini yang diteliti itu ada 80 benda dan dinyatakan itu benda artefak artinya benda itu memiliki nilai sejarah di masa lalu dari bentukan manusia,” kata Fajar.

“80 benda itu terbagi menjadi satu periode pengaruh Islam. Ada 20 benda yang meliputi naskah kitab kuning, mushaf Al-Qur’an dan koleksi dari kesultanan Turki Utsmaniyah. Kedua periode kolonial atau post kolonial, ada 54 artefak yang meliputi benda dokumen, naskah zaman Belanda dalam bahasa Belanda, Melayu, Sunda dan Jawa, juga dari uang kertas dan uang koin . Alhamdulillah ini sudah ditetapkan kategori artefak,” sambungnya.
Fajar mengatakan, penelitian dan kajian di Museum Prabu Siliwangi ini akan berlanjut ke tahap tiga. Beberapa benda yang akan diteliti nantinya terkait Arca Dogu yang diduga peninggalan Jepang dan lain sebagainya.

“Waktunya nanti rapatkan lagi, kita ambil kesimpulan dan kita laksanakan lagi. Tadi pun dari pihak BRIN menyatakan siap mencarikan lagi ahli yang berhubungan dengan benda peninggalan tersebut,” tutupnya.

Baca artikel detikjabar, “Hasil Riset BRIN soal Naskah-Benda Kuno Museum Prabu Siliwangi Sukabumi” selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-7429039/hasil-riset-brin-soal-naskah-benda-kuno-museum-prabu-siliwangi-sukabumi.

Kategori: BERITA

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×

 

Assalamu'alaikum!

Terimakasih sudah mengunjungi website kami. Silakan anda klik kontak dibawah ini untuk menghubungi admin kami

× Butuh bantuan?